--> Skip to main content

Petani Pagaden Barat sudah mulai konflik akibat berebut air

Sampurasun .... Rampes ...

Blog Mang Yono.  Hari kamis tanggal 22 Mei 2014 Puluhan warga didampingi sembilan kepala desa mendatangi DPRD Kabupaten Subang, Berhubung saya ada di Jakarta jadi gagal ikut dah. 

Tujuannya dari para pemilik dan penggarap sawah yang sudah lama tak mendapat pasokan air akibat jebolnya tanggul bendung Leuwinangka tak kunjung diperbaiki sampai sekarang ini.

Para Petani yang datang bertujuan untuk  menyampaikan aspirasi agar DPRD bisa mendesak untuk menyampaikan ke pihak yang bersangkutan dan bisa secepatnya menuntaskan perbaikan tanggul yang jebol, agar air dari Leuwinangka bisa masuk lagi ke irigasi dan mengairi sawah di 14 desa, yang tersebar di tiga kecamatan, termasuk sawah saya juga.


Petani di Pagaden Barat sudah mulai Konflik akibat berebut air
Anak saya " Gugum " kepanasan waktu diajak ke sawah

Namun sesuai pengakuan dari sesama para Petani, warga dan para kepala desa kecewa karena tak bisa melaksanakan menyampaikan aspirasi. Dikarenakan pada waktu itu di gedung DPRD Subang, tak ada satupun anggota dewan yang menerima mereka. Hampir semua anggota dewan tidak ada di tempat, katanya semuannya sedang melaksanakan kunjungan kerja ke beberapa daerah di luar pulau Jawa.


Tuh khan kalau giliran warga membutuhkan bantuan dari mereka, tak ada satupun yang bisa menerima. Padahal dulu waktu ingin jadi anggota Dewan itu termasuk janjinya, sampai berkoar - koar pakai pengeras suara. Ini menyangkut nasib ribuan petani di tiga kecamatan. Sebab pasokan air irigasi ke sawah sudah lama terhenti akibat jeblonya Bendungan Leuwi Nangka, Dangdeur, Kab. Subang. Bukan sebaliknya malah melakukan kunjungan kerja ke daerah diluar kabupaten. Mereka lebih mementingkan kunjungan kerja, dibanding melayani warga. #Semprul hehehe.

Tanggul Leuwi Nangka, dangdeur, Subang
Tanggul Leuwinangka, Dangdeur, Subang

Sekarang kondisi yang dialami para petani padi dan pembudidaya benih ikan tersebar di 14 desa yang ada di tiga kecamatan sedang membutuhkan air . Luas areal lahan yang sudah lama tak mendapat pasokan air mencapai 4.387 hektare, penyebabnya pasokan air melalui irigasi terhenti karena jebolnya tanggul di bendung Leuwinangka Keluharan Dangdeur Kecamatan Subang

Tidak seriusnya pihak yang menangani Sungai Citarum  dalam melakukan perbaikan Bendungan Leuwinangka yang akhirnya mengakibatkan 4.387 hektare sawah terancam kekeringan. Disamping itu karena para petani berebut air akibat kurangnya suplai air ke lahan pertanian sangat dimungkinkan akan memicu konflik antar petani. Terutama para petani di wilayah Kecamatan Pagaden Barat, dimana para petani di wilayah ini sangat menggantungkan suplai air dari bendungan Lewi Nangka.

Ini sudah terlanjur, sebagian warga di Kecamatan Pagaden Barat sebelumnya sudah menanam padi, karena para petani mendengar bahwa Bendungan Leuwinangka akan diperbaiki. Sampai saya menulis postingan Masih menunggu perbaikan Bendungan Leuwi Nangka, Dangdeur, Subang yang jebol. Namun ternyata hingga saat ini bendungan itu belum bisa menyuplai air sesuai harapan petani. Kalu memang awalnya tidak akan dilakukan perbaikan, para petani mungkin tidak akan tanam padi. Sebelumnya memang sangat terbantu karena masih ada hujan.


Jebolnya akhir 2012, perbaikan selama 2 tahun ini hanya asal-asalan sehingga suplai air sangat minim. Bayangkan sampai dengan bulan Mei sekarang petani belum bisa menggarap sawah, yang paling serius masyarakat terancam kelaparan, rawan kesehatan, rawan kriminal karena tidak ada pekerjaan. Ujung – ujungnya mungkin warga ogah untuk membayar PPB kalau begini kejadiannya.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
Comments
0 Comments