--> Skip to main content

Berselancar sambil menikmati kopi dan dodongkal

Sampurasun ... Rampes.

MANGYONO.com – Berselancar sambil menikmati kopi dan dodongkal

Manakala hawa sejuk dipagi hari, dengan semilir angin melenakan, itulah saat yang pas untuk menikmati secangkir kopi. Kopi hitam maupun berwarna, sesuai selera peminumnya. Di kala hujan, ditemani dodongkal yang manis dan khas sembari berselancar diduia maya ataupun berburu dollar dengan ngeblogg.... Hehehe , tentulah menambah suasana menjadi hangat, sehangat seruputan segelas kopi dan sebongkah dodongkal. 

Berselancar sambil menikmati kopi dan dodongkal
Berselancar sambil menikmati kopi dan dodongkal


Atau sekedar menemani rintikan hujan dengan menulis postingan di pagi. Saya menyukai kopi.

Selalu ada cerita menarik di balik secangkir kopi. Minuman beraroma wangi dan bercita rasa pahit itu melewati serangkaian proses pembuatan.

Kopi itu sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat dari segala kelas sosial. Minuman ini sama-sama hadir sebagai “teman” dalam ajang bersosialisasi maupun berselancar didunia maya. 

NGEBLOGG, Dodongkal dan segelas kopi kental
NGEBLOGG, Dodongkal dan segelas kopi kental

Bedanya adalah dari cara penyajian. Soal inilah yang menarik dari secangkir kopi. Kopi bisa saja dinikmati dengan proses penyajian yang sederhana, seperti tinggal menyeduh bubuk kopi siap saji yang dikemas dalam saset dengan air panas. Ini biasa disebut dengan teknik tradisional. Secangkir kopi juga bisa disajikan dengan cara yang rumit. Nah, cara ini hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah ahli atau dikenal dengan barista.

Itu cerita kopi, nah ini cerita camilan dodongkal panganan khas sunda... Hehehe....

Terasa asing pasti bagi sebagian orang jika mendengar nama penganan kuliner yang satu ini. Dodongkal adalah sejenis makanan tradisional yang termasuk ke dalam makanan tradisional sunda. Penganan satu ini berasal dari Jawa Barat. Dodongkal juga terdapat di daerah Bandung namun dinamakan berbeda yakni Awug. Nah, bentuk dan karakteristik dari Dodongkal sama persis dengan kue Putu baik secara tekstur maupun komposisi. Tapi, yang membedakan Dodongkal dengan kue Putu yaitu pewarnaanya. 

 Dodongkal masih saudaraan dengan kueh Putu
Dodongkal masih saudaraan dengan kueh Putu

Kue Putu sering diberi warna hijau maka Dodongkal hanya berwarna putih polos. Dari segi pembuatannya dan media pembuatan pun berbeda, Dodongkal dikukus dengan menggunakan “Aseupan” yaitu kukusan berbahan anyaman bambu berbentuk kerucut. 

Dodongkal yang sudah matang memiliki bentuk kerucut seperti nasi tumpeng dengan tekstur belang hasil kombinasi lapisan tepung beras dan gula merah. Dodongkal yang sudah matang tersebut kemudian akan dipotong menjadi beberapa bagian dan disajikan dengan parutan kelapa yang sudah direbus. Suwiran kelapa yang telah direbus tersebut yang menambah cita rasa gurih pada saat menikmati Dodongkal.

Saat ini, Dodongkal menjadi salah satu kuliner tradisional yang susah untuk ditemui.... Tapi didaerah saya masih ada yang jualan keliling... Atau sewaktu – waktu nenek suka membuatkan dodongkal untuk keluarga saya.... Yang, paling suka makanan dodongkal ini ya si kecil “Gigin “ anak saya.


Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
Comments
0 Comments