--> Skip to main content

Mengenang masa sekolah di STMN Purwakarta. Bagian 1

Sampurasun ...

Mengenang masa sekolah di STMN Purwakarta. Bagian 1

MANGYONO.com - Cerita di bawah ini adalah cerita nyata kehidupanku dulu waktu masih sekolah di STMN Purwakarta yang begitu mengenaskan dan menghawatirkan. Cerita ini akan sedikit menguak bagaimana kehidupan dan seluk beluk anak STM itu yang mungkin tidak diketahui publik. Siapkan satu kotak tisu untuk membasuh air mata anda yang akan berjatuhan karena begitu sedihnya saat membaca artikel ini .... hahaha.

Hahaha ini Photo jaman STMN Purwakarta.. 21 Tahun yang lalu. Yang duduk disamping aku bukan adikku apalagi anakku... Itu anak guru Elektro, Namanya Pak Ahmad, anaknya ada yang sekolah di STMN Purwakarta Kang Ahmad Subagja, kaka kelas dan Ai Julaeka Adik kelas, sama sama di jurusan Bangunan Gedung. Foto ini baru aja di share ke medsos Facebook sama temenku.. Kang Ustad Eman Suherman.


Dua puluh tahun yang lalu, di sebuah jalan raya dibawah terik matahari yang panas, seorang anak sekolah yang lusuh deng tas sekolah yang jelek bolong - bolong pula dan seragam sekolah yang kumal penuh bekas keringat dan mungkin juga ingus yang dipeper ke lengan baju... Hehehe, berjalan gontai dengan nafas ngos ngosan karena tenaganya kurang akibat tidak punya uang saku di kantongnya untuk beli makanan waktu jam istirahat. Wajah anak laki laki itu kemerah merahan karena sengatan matahari yang panas. Wajah yang sedikit ganteng tapi kusam karena terkena debu debu jalan raya yang bertebaran di sekitarnya. 

Laki laki kumal itu terus berjalan dengan tatapan mata yang kosong, tatapan mata yang seolah olah dunia di depanya adalah ruang kosong melompong, ruang hampa, lautan kesepian tanpa tepian. Suara sepatu yang beradu bebatuan jalanan seperti mewakili jiwanya yang rapuh tanpa semangat. 

Tidak ada seorang cewek pelajar lain yang memandangnya dan perduli dengan dia di jalan raya itu. Mungkin bagi cewek pelajar... Laki laki itu tidak keren sama sekali.... Laki laki itu adalah aku : Yono, yang sedang mengetik cerita ini.. Hehehe. Itulah aku duapuluh tahun yang lalu saat berangkat dan pulang sekolah dengan berjalan kaki. Berangkat pukul 6.30 pagi dan pulang pukul 15.30 siang. Saat yang paling menderita dan meyiksa batin yang luar biasa adalah saat pulang sekolah. Kenapa ? karena aku harus bekerja membantu guruku di bengkel sekolah ( bengkel Bangunan Gedung ). Bayangkan harus bekerja demi uang jajan dan numpang makan, begitu juga di kontrakan / kostan aku sering nebeng makan ke teman - temanku dan kepada Guru yang waktu itu satu kontrakan.

Untuk mendekati seorang cewek pun aku gak kepikiran, seperti membuat harga diriku tercabik cabik, aku merasa seperti celana dalam bekas yang dibuang pemiliknya ke tempat sampah!!. Nyeri sekali saat malam minggu anak anak sekolah yang lain ramai ramai bersenang senang keluar dengan temannya, aku sendirian di kamar hanya ditemani oleh kecoa yg berseliweran diatas kasur peyotku... Haha. Bagaimana aku ikut mereka keluar bermain, lha wong buat makan sehari - hari pun susah, ditambah lagi aku nggak pernah punya uang lebih. Jadi buat aku : masa muda masa sekolah adalah saat saat yang memuakkan, ingin sekali kuhapus dengan tombol DELETE semua memory itu. Dan itulah yg membuat aku membenci lagunya obie mesakh yang judulnya "kisah kasih di sekolah". "Tiada masa paling indah..masa masa disekolah, Tiada kasih paling indah..kisah kasih di sekolah" ----> 

Tapi masih ada sesuatu yang aku banggakan waktu itu dari diriku, yaitu : aku tidak pernah minta macam macam kepada Nenek dan Kakekku sebagai pengganti orang tuaku. Aku nggak pernah minta ini itu, seperti ABG labil jaman sekarang. Aku memiliki rasa kasihan kepada Nenek dan Kakekku yang pas pasan. aku selalu memendam keinginan keinginanku, karena kalau ku ungkapkan pada takut membebani mereka. 

Gara gara selalu memendam keinginan itulah, menyebabkankan aku sering tumbuh jerawat. Dan jerawat parahnya sering muncul dihidung !!. Kembali ke sekolahku STM Negeri Purwakarta... Berapa sih uang saku sekolahku ? Jawabnya adalah : 100 ! seratus ribu? seratus juta? seratus dolar amerika?.... bukan bukan. Uang sakuku adalah 100 rupiah !! Uang 100 rupiah tersebut bahkan kebawa pulang lagi. Untuk menghilangkan rasa haus apabila uang saku sudah habis, maka yang aku lakukan adalah MINUM AIR SUMUR!! Okey..anda usap dulu air mata anda karena begitu sedihnya membaca kisah ini, atau barangkali malah anda ingin muntah ya ? wkwkwkwwk ... 

Kembali ke air sumur .... yup, aku hampir tiap hari minum air sumur mentah. Tapi aku melakukan itu semua dengan sembunyi - sembunyi kalau tidak ada teman yang lain. Kalau terpaksa ada orang lain, maka aku melakukanya dengan menyamar, caranya adalah pura memasukkan air ke dalam mulut untuk kumur - kumur, tapi air yg dikeluarkan sedikit, sebab separuhnya sudah masuk ke dalam kerongkongan.... Hehhee. Begitulah cara aku mengelabuhi teman - temanku, bahkan itu sebenarnya adalah mengelabuhi diriku sendiri, karena aku selalu berusaha membohongi diriku dengan mengatakan bahwa air sumur ini sehat dan bersih, padahal kenyataanya air keran tersebut kotor dan mungkin banyak kumannya. Tapi bagaimana lagi, itu adalah satu satunya jalan untuk menghilangkan rasa hausku. Daripada minum air kencing atau air Got, kan masih mending minum air Keran.... Hahaha. Toh ternyata nggak ada efeknya buat aku, buktinya aku tidak mati dan masih bisa menulis cerita ini di bloggku. 

Bercerita tentang bagaimana rasanya keterima sekolah di STMN Purwakarta, adalah seperti bercerita tentang penyesalan, keterpurukan, kesedihan dan ke - an.. ke - an yang lain. Rasa penyesalan dan kepedihan itu kalau aku tulis diblogg ini, maka bloggku tidak akan mampu menampung postingan yang berisi kisah kepedihan itu, karena saking besarnya isinya. Ha..ha.. Lebay amat ya. 

Itulah sedikit cerita masa laluku waktu aku masih mengenakan seragam abu abu putih kumal di sebuah sekolah yang bernama STMN Purwakarta. Yang kini nama itu sudah tidak ada lagi, karena sekarang telah berganti nama menjadi SMKN 1 Purwakarta. 

Kembali ke masa kini : Kini aku adalah seorang drafter dan perhitungan di sebuah Perusahaan Konstruksi di Jakarta. Menjadi Drafter ??? bagiku ini adalah sebuah mimpi.... sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. Jangankan berpikir untuk menjadi Drafter, untuk bisa kerja saja aku tidak kepikiran sama sekali. Tapi ternyata Tuhan merubah semuanya, semua cobaan dan derita kalo kita hadapi deng penuh kesabaran suatu saat kita akan menuai hasil diluar dugaan kita. 

Pembaca ... Tuhan maha adil..percayalah itu. Kata nenek ku : Gusti Alloh itu tara sare. Itulah prinsip yang aku pegang selama ini. Dan aku masih percaya hingga kini. Okey sudah dulu ya tulisan saya cukup sampai sini, entar kalau saya cerita lagi, ceritanya nggak akan habis habis seperti episode sinetron indonesia yang ruwet !! Dan kalau ada diantara pembaca tulisan saya ini, ada yang pekerjaanya adalah sutradara atau penulis skenario film, dan anda berminat menjadikan cerita ini sebagai sebuah film, silahkan hubungi saja saya ya !! Saya yakin filmnya nanti akan mampu mengalahkan film Ada Apa Dengan Cinta 2 nya Dian Sastro Wardoyo. ... Hehehe.

BERSAMBUNG ... Ke Mengenang masa sekolah di STMN Purwakarta. Bagian 2

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
Comments
0 Comments