--> Skip to main content

Nonton layar Tancap di Sindang Sari

Assalamu'alaikum..... Sampurasun.... Rampes.. 


Hari minggu ngumpul – ngumpul dengan saudara sungguh mengasikan, sampai ngobrol ngaler ngidul dari jaman baheula sampai jaman sekarang di obrolkan.


Ini cerita saudara yang berhasil di liput sama MangyonoNews hehhe... Kita simak yuk... maree..

 
Nonton layar Tancap di Sindang Sari
Ini cerita saudara yang berhasil di liput sama MangyonoNews hehhe... Kita simak yuk... maree..

Cerita ini berbau Horor dan cerita ini sekitar Tahun 80-an, waktu paman saya masih perjaka ting tong hehehe.

Awal cerita waktu itu masih seru – serunya hiburan layar tancap, meskipun tempatnya jauh dan harus berjalan kaki sekitar 15 Km tapi enjoy aja eheheh.

Jalan yang mau dilalaui penuh lumpur tanah merah, bekas mobil yang biasa untuk angkut gabah, maklum waktu itu jalanan belum di aspal, Wa Abo ( paman saya ) dan temannya Mang Mirja mau nonton layar tancab di daerah Sindang Sari  waktu itu masih kecamatan Purwadadi. Biasa namanya anak muda kalau nonton bukan cari tontonan atau
Fokus pada tontonan tapi cari gebetan atau pacar yang bening – bening... Termasuk Wa Abo dan Mang Mirja juga begitu.. hehehe. Pemutaran filem layar tancap sudah dimulai, biasa kan kalau filem lampu – lampu harus di gelapkan, biar tidak ada cahaya yang membias ke layar dan gambar bisa jelas terlihat. 

Penonton pada asik nontonnya, tapi lain halnya dengan Wa Abo dan Mang Mirja, dia malah kelayapan di sekitar perhajatan itu. 

 Di bawah pohon Rambutan tidak jauh dari layar tancap terlihat ada permpuan sendirian lagi berdiri, tanpa pikir panjang dan mikir – mikir lagi kedua perjaka ini lalu menghampiri permpuan tersebut dan memberanikan diri untuk bertanya.

“Neng sedang apa disini, kok sendirian ? “Tanya Mang Mirja.
“Mau pulang, tapi tidak ada teman yang nganterin, kang”. Jawab permpuan tersebut.
“Memangnya tadi kesini sama siapa, pacarnya kemana?” Tanya Mang Mirja lagi.
“Waktu kesinih sih bareng temen, saya belum punya pacar, kang”. Jawab perempuan itu.
“Ooooh, kalau begitu bolehkah saya dan temen saya yang nganterin pulan Neng” Wa Abo menawarkan jasa.
“ Tentu boleh kang, dengan senang hati” Kata perempuan  sambil tersenyum.

Mendengar jawaban dari perempuan itu, Mang Mirja dan wa Abo akhirnya mengantarkan pulang perempuan tersebut kerumahnya, tapi aneh  jalanan begitu bagus, tidak seperti waktu dia berangkat ke layar tancap, padahal jalan tersebut belum di aspal, tetapi tidak becek dan tidak ada lumpur bekas ban mobil, tapi keduanya asik ngobrol sambil ngikutin perempuan di depannya.

Rumah – rumah penduduk begitu rapih dengan posisi rumah menghadap ke arah yang sama, tapi anehnya lagi, tidak ada seorang pun penghuni rumah yang berada di luar, mungkin pikirnya, orangnya pada nonton layar tancap ke acara hiburan tadi.

Sesampainya di rumah perempuan , kedua perjaka ini dipersilahkan masuk
“ kang, ngobrolnya di dalam rumah saja ya kang” kata perempuan itu
“ Ndak usah , Neng... biar di sini saja, nanti orang tua neng marah” Kata Mang Mirja.
“ Nggak ada yang marah kang, saya tinggal disini sendirian”. Jawab perempuan cantik.
“ Biar deh disini saja, disini adem “ Jawab Wa Abo.
“ Ya udah kalau begitu, silahkan dicicipi kuenya” kata perempuan, sambil membawa kue dan pisang, dan permpuan itu masuk kerumahnya serta menutup pintunya, mungkin perempuan itu sudah ngantuk dan mau tidur.

Lain halnya dengan Wa Abo dan mang Mirja, sambul menunggu rasa kantuk dia asik ngobrol berdua. Sambil merokok, tapi anehnya perutnya serasa kenyang dan tidak tertarik untuk mencicipi kueh yang dihidangkan perempuan tadi.

Rasa kantuk sudah menyerang mereka berdua, dan akhirnya kedua Perjaka tersebut tertidur di teras rumah yang adem dan wangi oleh bunga – bunga, entah dari mana asalnya wangi bunga – bunga tersebut.

Kedua perjaka tersebut terbangun oleh kicauan burung dan kokok ayam jantan yang sayup – sayup, pertanda pagi sudah tiba. Tapi pas membuka mata kedua orang pemuda ini kaget bukan kepalang, ternyata dia tidur di atas kuburan, tanpa pikir – pikir lagi, kedua pemuda tersebut mengambil langkah seribu.... Toloooong... toolooong... sambil berlari sekuat tenaga Wa Abo berlari ke arah selatan dan Mang Mirja berlari kearah Barat. 

Sesampainya di danau Sindang Sari, Wa Abo menghentikan larinya  dan dia bermaksud membersihkan badan dan bajunya yang belepotan tanah merah, dan dia begitu senang melihat di danau tersebut ada temannya yang sedang membersihkan baju dan badannya yang belepotan lumpur tanah merah. Danau ini berada di Kampung Sindang sari. Dan kalau pagi ramai oleh penduduk sekitar yang hendak mandi atau mencuci pakaian.

“ Jang, kenapa pagi – pagi sudah jijibrug dan bajunya penuh lumpur? Kata bapak – bapak.
“ Anu Mang, habis nonton layar tancap. Memangnya disini ada Permpuan yang baru meninggal ya Mang?. Jawab Mang Mirja kepada bapak – bapak dan sekalian bertanya.
“ Ohhhh, memangnya kenapa jang, Kok ujang tahu di sini ada perempuan yang meninggal? Tanya Bapak itu.
“ Anu Mang, tadi malam saya nonton layar tancap, dan ditontonan ada perempuan sendirian yang minta diantar pulang, saya dan teman saya mengantarkan pulang perempuan tersebut ke rumahnya” Jawab Wa Abo.
“ Perempuan yang rambut keriting ya Jang?. Perempuan itu baru meninggal 3 hari yang lalu,  perempuan itu memang cantik ya jang, padahal bulan depan dia mau nikahan jang”.
Seterlah mendapat keterangan dari warga setempat akhirnya Mang Mirja dan Wa Abo, langsung pulang.

Cerita ini Kisah  yang dialami saudara Mamang, dan ceritanya sempat bikin heboh di kampung Wa Abo dan Mang mirja.




Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
Comments
0 Comments