--> Skip to main content

Nasib Petani masa kini

Sampurasun ... Rampes

MANGYONO.com –  Mendengar kata PETANI mungkin mengingatkan sobat pada sebuah kampung yang jauh dari hiruk pikuk kendaraan dan jauh dari keramain kota.

Pedesaan yang hijau dan luasnya sejauh mata memandang. Seorang petani tidak pernah bermimpi yang muluk-muluk seperti mimpi seorang politikus untuk menjadi seorang yang terkenal dan penuh dengan kemewahan. Seorang petani itu hanya berharap bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sahuap sa cokeun dan mungkin bisa bermimpi untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti orang kota, syukur-syukur kalau bisa menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi dan akhirnya menjadi dokter, pengusaha yang sukses, petani modern dan lain sebagainya. 

Setiap hari bangun pagi-pagi buta ke kebun atau sawah dan pulang sore buta
Petani ntu... Setiap hari bangun pagi-pagi buta ke kebun atau sawah dan pulang sore buta ... Hehe... dengan pakaian ala petani, tidak seperti para Elit politik yang selalu menggunakan pakain rapi dan berdasi.

Miris memang kalau membayangkan nasib petani-petani yang hanya bisa hidup seadanya, cukup untuk makan sehari - hari. Kita sekarang sudah masuk beras import yang harganya lebih murah dari harga beras lokal. Beras ini diimport dari beberapa negara tetangga. Kita bisa bayangkan nasib petani kita bila hal ini terjadi dalam waktu lama, mungkin para petani gulung tikar alias tidak bisa hidup layak, untuk mengganti keperluan pupuk aja masih nombok. 

Terus ... Apakah pemerintah kita tidak bisa bertindak? Paling tidak mencari akar permasalahannya kenapa harga lokal bisa lebih mahal daripada import?. Hal ini harus di antisipasi pemerintah kita, tidak hanya berpangku tangan melihat para tengkulak bermain mempermainkan harga dipasaran. Harusnya pemerintah dapat mengontrol harga seperti dinegara tetangga. Nah, jika hal ini dibiarkan begitu saja, bukan tidak mungkin bahwa barang dari petani lokal kita tidak laku terjual karena barang di dominasi import yang semakin menguasai pasar yang menenggelamkan barang lokal.

Sawah yang hijau karena tanaman padi...
Sawah yang hijau karena tanaman padi... bentar lagi para petani ogah menanam padi, mungkin menanam padi untuk keperluan sendiri aja ...


Nah, untuk mencegah barang-barang import yang semakin ramai di negara kita ini, hal ini bisa kita tanyakan pada diri kita sendiri, apakah kita sudah bangga menggunakan product lokal asli buatan anak – anak Indonesia atau bahkan seb liknya kita masih bangga jika menggunakan product import. 

Seharusnya... Kita berkaca pada negara Jepang, dimana masyarakat Jepang bangga dengan karya putra-putri mereka dan hasilnya kita bisa lihat negara Jepang sangat berkembang pesat. Bayangkan jika masyarakat Indonesia bangga menggunakan product lokal mungkin kita bisa mengalahkan negara Jepang karena jumlah penduduk Indonesia jauh lebih besar.... Betul tidak?.

Dampak jika import tidak dibatasi maka yang menikmati keuntungan besar adalah para tengkulak-tengkulak dan elit – elit Politik. Mereka mengkeruk keuntungan tanpa memikirkan nasib para petani dan masyarakat miskin. 

Teruuuus .... Bagaimana kelanjutan nasib para petani kita dan nasib masyarakat Indonesia, yuuk kita lihat saja nanti. Dan mudah-mudahan para pejabat kita yang berkuasa dan duduk disinggasana tidak sibuk memperkaya diri sendiri tapi dapat membantu meringankan beban masyarakat Indonesia yang masih tergolong miskin.... Begitu bapak wakil rakyat ...


Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
Comments
0 Comments