--> Skip to main content

Para petani di Pagaden Barat mulai garap sawah.

Para petani di Pagaden Barat mulai garap sawah.

Para petani di Kecamatan Pagaden Barat muali menyambut musim tanam saat ini dengan mengolah lahan sawahnya. Mereka mulai mencangkul, menyiapkan benih padi, pupuk dan obat-obatan pestisida.

Petani mulai menggarap sawahnya untuk menanam padi pada musim tanam Mei 2016 hingga Agustus 2016 nanti atau rata-rata 100 hari. Mereka menanam padi, setelah beberapa bulan sebelumnya membiarkan lahan sawahnya tidak ditanami karena kesulitan air untuk mengairi sawah mereka.

Sawah di Blok Tegal Sungsang, Desa Bendungan, Kecamatan Pagaden Barat, Kab. Subang.
Sawah Admin di Blok Tegal Sungsang, Desa Bendungan, Kecamatan Pagaden Barat, Kab. Subang.

Terrmasuk saya juga mulai mengolah lahan sawah miliknya sendiri seluas sekitar 250 bata. Saya  menanam benih padi “Mekongga” yang sudah di semaikan. 

Menanam padi dengan ketersediaan air, hasil panennya maksimal. Dari lahan sawah 250 bata, hasil panennya bisa mencapai 2,5 ton GKG (gabah kering giling).

Akan tetapi, jika suplai airnya kurang, hasilnya bisa menurun hanya 1,5 ton GKG. Apalagi sawah Tegal Sungsang, pengairannya hanya mengandalkan air dari Bendungan Leuwi Nagka yang proyeknya belum selesai sampai saat ini.

“Jadi kendala utama para petani di Tegal Sungsang, yakni masalah air. Kenapa musim tanam sebelumnya di Pagaden Barat banyak yang gagal panen, penyebabnya karena kekurangan air. Akibat airnya kurang sehingga di Tegal Sungsang dalam setahun hanya dua kali panen. 

Bahkan menurut petani di Bolang, Munjul... Karena kekurangan air, sehingga di musim kemarau kemarin banyak sawah yang dibiarkan gamblung. Sampai-sampai, untuk menanam palawija pun sangat sulit.

“Jangankan menanam padi, mau menanam palawija saja susah. Memang ada beberapa jenis palawija yang tahan kering dan bisa menjadi tanaman penyela di lahan sawah. Akan tetapi, karena tak ada air sehingga lahan sawahnya tak bisa ditanami apa pun. Seandainya masih ada air sedikit di musim kemarau, kami bisa menanam palawija, seperti jagung, kedelai, mentimun, terung dan kacang-kacangan,” tuturnya.

Guna mengatasi kekurangan air di areal pesawahan Pagaden Barat, Ratusan petani kecamatan Pagaden Barat dan sekitarnya Rabu sore (20/4/2016)  telah melaksanakan dialog mengenai Bendung Leuwi Nangka dengan Muspida Kabupaten Subang, Wakil Bupati Subang Imas Aryumningsih, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum dan pelaksana proyek Bendung Leuwi Nangka di kantor desa Cidadap, Pagaden Barat. 

Nah, dalam dialog pihak BBWS sebelum proyek tanggul leuwi nangka selesai pihaknya akan mengatasi dulu longsoran-longsoran di sekitarnya dan akan memasang beberapa jumbo bag dengan berat masing-masing 1 ton dan sesuai kesepakatan waktunya antara BBWS dan petani akan memakan waktu kurang lebih 3 mingguan untuk bisa mengalirkan air ke sawah - sawah. Jadi sekitar 2 Mingguan lagi


Bendung Leuwi Nangka jebol sekitar tahun 2011.. Jadi dah 5 tahunan lebih, hingga saat ini perbaikan bendung tersebut tidak pernah kunjung tuntas karena berulang kali jebol. Bendungan leuwi nangka mengairi 4.387 hektare di wilayah Kecamatan Subang, Pagaden dan Kecamatan Pagaden Barat.

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
Comments
0 Comments