--> Skip to main content

Nyirib ikan di sungai Ciasem bendungan Macan, Dusun Gardu, Pagaden Barat, Subang

Sampurasun ... Rampes.

Nyirib ikan di sungai Ciasem bendungan Macan, Dusun Gardu, Pagaden Barat, Subang

MANGYONO.com - NYIRIB dilakukan setiap musim kering/kemarau, NYIRIB Ikan di sepanjang Sungai Ciasem bendungan Macan, Dusun Gardu, masuk desa Bendungan, Kecamatan Pagaden Barat, Subang, Kamis (28/07/2016) sore. Dalam kegiatan tersebut banyak pula diikuti kaum ibu. Sehingga suasana sungai saat sore sehabis Shalat Ashar hingga menjelang Maghrib menjadi benar-benar semarak dan penuh gembira.

NYIRIB asal kata dari SIRIB : alat untuk menangkap ikan, alasnya terbuat dari jaring, dan tangkainya terbuat dari bambu.

Nyirib ikan di sungai Ciasem bendungan Macan, Dusun Gardu, Pagaden Barat, Subang
 Nyirib ikan di sungai Ciasem bendungan Macan, Dusun Gardu, Pagaden Barat, Subang

Puluhan Warga Dusun Gardu yang tinggal di sekitar sungai Ciasem menggelar nyirib ikan. Mereka yang ikut menangkap ikan hanya dengan alat pancing, seser, sirib, heurap dan jala.

Sebagian besar mereka menggunakan sejenis jaring yang dibuat berbentuk segi empat, mereka menjaring ikan berjalan secara serentak dari hilir sungai Ciasem. 

“Kami sepulang kerja di ladang selepas waktu Ashar berkumpul di sungai Ciasem yang airnya mulai menyusut untuk mencari ikan,” kata Mamah Salman (38), salahsatu warga dusun Gardu.

Ikan-ikan yang telah diperolehnya itu antara lain tawes, udang, mujaer, genggehek, gabus, lele, ikan munjair, paray, beunteur ditaruh di sebuah anyaman bambu yang dipasang di pinggang ( kapek ). Jadi setiap ada ikan yang kena, langsung diambil, dimasukkan ke kapek. Diantara mereka ikan-ikan itu ada yang dikonsumsi sendiri atau dijual. Uniknya, bila ada yang ketahuan memperoleh ikan ukuran besar, yang lainnya kompak akan bersorak, ’Horee’.

“Dari kecil hingga dewasa, nyirib itu adalah kegiatan yang sering kami tunggu-tunggu karena selain untuk hiburan, kami pun bisa bertukar kabar tentang kondisi masing-masing dengan sesama warga kampung,” ujar lelaki berusia 55 tahun.

Tradisi nyirib sudah ada sejak era kerajaan-kerajaan Sunda berjaya. Selain untuk pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari, nyirib juga dilaksanakan sebagai bentuk upaya penguatan sosial dan solidaritas di  kalangan masyarakat Sunda.

Betapa orang-orang kampungnya bersuka cita  saat melaksanakan kegiatan itu, terutama anak-anak kecil. Dengan menggunakan berbagai jenis perangkat tradisonal untuk menangkap ikan, seperti sirib, kecrik, ayakan dan bubu dalam tawa dan canda mereka berlomba-lomba menangkap ikan yang sudah tidak bisa lagi lari kemana-mana.

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
Comments
0 Comments