--> Skip to main content

Cerita Orang Desa Mengadu Nasib Di Jakarta (2)

Sampurasun .... Rampes... 


Yuk kita lanjutkan cerita Yono...  Yono merantau ke Jakarta sudah hampir 2 tahun. Semua yang Yono lakukan demi bertahan hidup di Jakarta, dan yang terpenting buat Yono adalah  “halal“. Berbagai suka dan duka dia lalui selama merantau di Jakarta. Setelah sekian tahun hidup bersama Nenek dan Kakeknya, selalu dalam pengawasan dan perlindungan Nenek dan Kakeknya, maka merantau adalah hal yang tidak mudah. 


Yono harus mulai menyiapkan makanan sendiri, menjaga diri sendiri, merawat diri sendiri, tapi Tapi Yono sadari cepat atau lambat dia pasti akan berpisah dengan orang tua dan membentuk keluarga baru.Apabila dia tidak bisa mengurus diri sendiri bagaimana nanti dia bisa mengurus anak dan istri.Tapi apa yang terjadi Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis finansial Asia sepanjang 1997 - 1999. 


Cerita Orang Desa Mengadu Nasib Di Jakarta (2)
Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi besar-besaran kegedung DPR/MPR sampai akhirnya terjadi pembakaran gedung – gedung, penjarahan, di jalan – jalan sepi kendaraan yang ada hanyalah asap dan api yang menghitam di atas kota Jakarta, dan terpaksa Yono pulang kerja harus jalan kaki dari Grogol Jakarta Barat sampai dengan rumah pamannya di daerah Sunter, tapi Yono tetap semangat karena baru mendapatkan kabar gembira dalam pengurangan karyawan di tempat dia bekerja, Yono masih tetap bisa bekerja, lain dengan nasib teman - temannya  atau seniornya yang tereliminasi dan harus keluar dari perusahaan.



Seperti bias pagi – pagi dia harus berangkat ketempat kerja yaitu di kawasan Jl.Sudirman tepatnya di proyek Gedung Graha Niaga 2 yang terkena imbas moneter dan terpaksa proyek pembangunan harus ditutup sementara dan melakukan pembongkaran bedeng - bedeng proyek, Yono dengan membawa 2 buah kardus bekas air kemasan yang berisi nasi bungkus titipan pamannya, untuk di jual ke teman – teman ditempat kerja, Alhamdulillah 40 nasi bungkus, yang berhasil di jual 38 bungkus, ada yang kontan dan ada yang ngutang, yang 1 bungkus di makan Yono hehehe.

Setiap jam 6 sore para pekerja proyek pulang, ada yang ke barak proyek, ada yang ke kontrakan proyek termasuk Yono, dia pulang ke rumah pamannya meskipun turun hujan sangat lebat dan bajunya basah kuyup. 

Tapi tetap naik Bus  ke arah Terminal Senen, dan langsung naik metro mini ke arah Sunter sengaja dia duduk paling belakang karena bajunya basah dan kotor ( kasihan deh Yono ) di tengah perjalanan bus berhenti dan segerombolan orang  naik langsung menodongkan pisau mulai dari arah depan  meminta menyerahkan dompet dan barang berharga lainnya, satu orang anteng nodong pisau ke arah sopir, di arah pojok belakang Yono semakin menggigil dan komat – kamit sambil meraba kantong sakunya yang berisi uang hasil jualan nasi di proyek. Tiba saatnya salah satu penodong itu ke arah Yono, tapi apa yang terjadi dia langsung memalingkan mukanya, langsung turun dari Bus dan diikuti turun oleh teman – temannya, mungkin pikir penodong, kasihan tuh orang bajunya basah kuyup bau lagi.

Bersambung... 

“ Merantau selain berfungsi untuk mencari pekerjaan atau pengalaman hidup, merantau juga berfungsi sebagai suatu perjalanan spiritual dan batu ujian bagi kaum lelaki dalam menjalani kehidupan. Kehidupan yang keras, jauh dari sanak saudara diharapkan menjadi cobaan untuk menempa jiwa, kegigihan, dan keuletan si pria dalam meningkatkan derajat penghidupannya”

Terimakasih sobat sudah membaca Cerita Yono Bagian ke 1   dan Cerita Yono bagian ke 2 yang berusaha untuk bertahan di kota Jakarta....

Bagaimana kisah Yono selanjutnya, nantikan dalam cerita Yono  yang akan datang....

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
Comments
0 Comments