--> Skip to main content

Cerita berburu telur burung Pipit, Anak burung, Sarang burung pipit

Sampurasun … 

Cerita berburu telur burung Pipit, Anak burung, Sarang burung pipit. 

MANGYONO.com - Waktu saya masih kecil sekitar kelas 2 SD, waktu hidup di Kampung... hahaha... Sekarang juga masih bolak – balik kampung ... ding... hehehe. Saya sudah menjelajahi banyak sekali sarang burung. Sarang burung pipit, Burung Kutilang, elang, gagak, tekukur, puyuh dan burung-burung lainnya.... Tapi bukan burung tanda kutip loh... Hahhaha.. untuk dicolong telurnya. Sampai saya sendiri tidak pernah tahu jenis burungnya apa. Saat itu, pengetahuan soal jenis burung masih sangat terbatas. Maklum.... Hidup di jaman kegelapan.... Hahaha.

Saya biasa mencari sarang burung untuk diambil telurnya atau anaknya. Jika kebetulan di sarangnya terdapat telurnya, saya mengambil telurnya. Dengan catatan telurnya masih belum siap dierami atau belum ada anaknya di dalam telur tersebut.

Cerita berburu telur burung Pipit, Anak burung, Sarang burung pipit
 Cerita berburu telur burung Pipit, Anak burung, Sarang burung pipit . 
Foto ini yaitu foto anak burung Pipit

Untuk membedakan telur burung yang sudah dierami atau sudah ada anaknya di dalam telur tersebut,Gampang banget itu mah...... Caranya ambil satu telur, lalu terawang ke cahaya matahari. Dari situ ketahuan telurnya masih bagus atau sudah berjanin. Hebat ya.... Hahahaha, ini berlaku juga buat telur – telur lainnya seperti, telur Ayam, telur Angsa, asal jangan telur Kebo saja ya .... hahaha, mana ada telur kebo eheheh.

Nah, kali ini saya mau bercerita tentang sarang burung pipit dulu ya. Karena sarang burung ini paling banyak, paling sering diburu dan paling gampang. Contonya sarang burung pipit ini bersarang di tanaman bunga saya.

Waktu saya masih kecil, telur burung pipit biasanya dimakan mentah-mentah. Rasanya manis, gurih dan tak begitu berbau amis. Itu kalau saya mendapatkan telur burung pipitnya sedikit. Kalau lumayan banyak, semua telur disatukan. Biasanya digoreng atau direbus. Kecil-kecil sih ukurannya, tapi enak. Kira-kira seukura kacang atom. Kalau ada seratus khan bisa banyak juga ya... hehe.

Meskipun ukuran telur burung pipit kecil - kecil, menurut saya sih rasanya sangat enak! Saya ketagihan memakan telur burung pipit. Tiap hari minggu biasanya saya berburu ke kebun atau hutan belakang rumah saya ... eheheh

Ini foto Telur Burung Pipit
   Ini foto Telur Burung Pipit


Kalau ingat sekarang sih saya kasihan juga tuh burung pipit. Telurnya hilang terus.Tapi berhubung burung pipit ini musuh - musuh petani yang punya padi di sawah atau huma. Coba bayangkan burung pipit dalam jumlah ribuan bisa menghabiskan padi di sawah dalam waktu cepat.

Sebentar ya..... Saya minum Kopi dulu..... hehehe

Kembali ke Laptop.... Ups, ke sarang burung ya....Hehehe. Saya biasanya mencari sarang burung di kebun Rambutan. Pohon Rambutan di daerah Subang tumbuh subur dengan tinggi bervariasi. Dari tinggi dua meter hingga sepuluh meter. Tergantung usia tanamnya. Semakin tua, semakin tinggi, rimbun dan buahnya semakin banyak pada musim panen. Nah, pohon Rambutan ini dijadikan tempat favorit burung pipit untuk berkembang biak. Mereka biasanya membuat sarang di bagian paling punca. Di satu pohon Rambutan bisa terdapat dua sampai tiga sarang burung pipit. Tapi rata-rata atau pada umumnya hanya satu sarang burung di satu pohon.

Cara menemukan sarang burung juga gampang. Kemudian saya mengintip dari bawah. Jika ada benda hitam menggunduk bulat pada cabang, sudah dipastikan itu sarang burung pipit. Supaya tidak tertipu sudah capai-capai naik hingga atas pohon, maka sebelum naik, goyangkan pohonnya dari bawah. Jika ada burung pipit terbang keluar dari sarangnya, sudah bisa dipastikan di dalam sarang itu ada sesuatu. Dan, saya pun mulai memanjat pohon Rambutan. Soal panjat memanjat pohon, saya cukup lihai. Keciiiiill, apa lagi sekarang sudah dewasa, kebanyakan panjat memanjat malahan di malam hari dengan bergelap – gelapan lagi …. #Semprul.....hahaha.
Anak Burung Pipit Baru netas dari telur
Anak Burung Pipit Baru netas dari telur


Kalau sudah berada di atas pohon Rambutan, saya mengintip ke dalam sarang burung. Jika posisinya cukup sulit, saya merogohkan tangan ke dalamnya. Ketemu telur ya ambil telurnya. Ketemu anak burung ya ambil anak burungnya. Lebih kejam lagi kalau telurnya banyak atau anak burungnya juga banyak, sekalian saja ambil sarangnya. Telur burungnya dikumpulkan atau langsung dimakan di tempat. Cara makan telur burungnya ya langsung dimasukin ke mulut, dipecahin di mulut dan dihisap hingga tersisa cangkangnya. Kalau telurnya terkumpul banyak, disatuin buat direbus atau didadar.... Heheh.
   
Kalau kebetulan sarang burung itu isinya anak burung, nasibnya ada tiga pilihan. Dibalikin lagi kepohon jika usianya masih terlalu kecil apalagi baru netas dari telur, seperti Poto di atas, dipiara sampai besar atau biasanya sih saya selalu menggunakan pilihan ketiga, yaitu disembelih dan dipanggang di atas api kecil. Harumnya, gurihnya, Nikmat hehehe.

Waktu untuk menjadikan anak burung pipit mulai netas dari telur sampai bisa terbang membutuhkan waktu 21 sampai 25 Hari, itu menurut pengalaman yang saya alami eheheh.


Anak Burung Pipit Sudah berbulu, umur 14 hari
Anak Burung Pipit Sudah berbulu, umur 14 hari


Asli! Burung pipit itu salah satu burung dengan cita rasa luar biasa. Tahu nggak kenapa rasanya bisa enak? Soalnya burung pipit itu makannya padi setengah matang yang rasanya masih manis. Dan kata Nenek saya, buat apa miara bangsat padi lebih baik dimakan saja. Okeh! Nyam! Nyam! 

Cerita soal sarang burung pipit cukup sampai di sini ya. Nanti saya lanjutkan ke cerita burung – burung lainnya .... eheheh 


LIHAT VIDIONYA DI SINI 


Baca juga cerita berburu lainnya :  
Cerita berburu telur burung Pipit, Anak burung, Sarang burung pipit
Cerita berburu burung dengan Bandring / Ketapel 
Cerita Berburu burung puyuh di kebun


Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
Comments
0 Comments