--> Skip to main content

Proses dari menanam padi sampai menjadi beras

Sampurasun ... Rampes.

MANGYONO.com - Saya adalah keluarga sederhana dan hidup sebagai petani dan kuli di Jakarta. Saya tinggal di desa sejak kecil tepatnya di Desa Bendungan, Kacamatan Pagaden Barat, Kabupaten Subang yang terkenal dengan daerah pertanian, Nenek dan Kakek saya bekerja sebagai petani, oleh karena itu saya juga suka bertani dan hasil pertanian... Hehe.

Dulu, ketika saya masih kecil sering diajak Nenek untuk menemaninya pergi ke sawah, hasilnya cukup untuk kami makan dan memenuhi kebutuhan hidup sehari - hari, di sana saya dibuatkan “saung” gubuk kecil untuk berteduh, sementara Nenek dan Kakek bekerja merawat padi-padinya. Setelah saya mulai mengerti bersawah, saya suka membantu Nenek dan Kakek di sawah meski hanya sebentar dan masih suka bermain.. Hehe.

Nenek dan Kakek mengenalkan banyak pengetahuan tentang sawah yang kini masih teringat dalam benak, dalam bersawah tentu ada beberapa hal yang harus dijalankan agar hasil panen dapat melimpah, perlu penggarapan yang serius dan pemeliharanya agar terawat dan membuahkan hasil yang baik pula.

Nah, adapun berbagai proses tersebut dari pengalaman yang saya tahu dengan menggunakan cara yang masih tradisional dan kental dengan budaya sunda sebagai berikut: 

Awalnya sawah digenangi air kemudian sawah dibajak menggunakan hewan kerbau atau sapi untuk membajak namun sekarang mulai diganti dengan sapi robot yang disebut traktor... Hehehe. Langkah ini dilakukan dua kali agar tanahnya mudah untuk ditanami padi dan tidak tandus. 

FOTO : Membajak sawah dengan menggunakan traktor.
FOTO : Membajak sawah dengan menggunakan traktor.

Membuat tempat penyebaran padi atau penyemaian benih atau di daerah saya biasa disebut “pawinian” dengan cara sebagian sawah diratakan tanahnya dan dibuat bentuk kotak atau persegi panjang, setelah itu bibit padi kita sebar hingga merata atau didaerah saya dikenal dengan nama “Tebar”.

Setelah itu kita tunggu sampai umur 25 hari atau umur satu bulan padi bisa di “babut” dicabut terus  diikat dalam yang biasa dikerjakan oleh petani laki-laki dan perempuan, terus dipindahkan dan ditanam di sawah, dan pekerjaan orang yang menanam padi disebut tandur, tandur yaitu menanam padi dengan cara jalan mundur. Tapi sekarang di daerah saya sudah berubah jadi Tanju, yaitu menanam padi dengan maju ... Hehe. Silahkan baca di postingan Kebiasaan Menanam Padi TANDUR Berubah Jadi TANJU Model baru menanam padi di Pagaden Barat atau di postingan Menanam padi bukan lagi TANDUR, Maju Pun Bisa

FOTO : Padi berumur 1 bulan
 FOTO : Padi berumur 1 bulan

Biasanya orang desa menentukan hari menanam padi dengan menghubungi tetangganya untuk ikut membantu proses tanam dengan cara mendatangi dari rumah ke rumah dan menanyakan apakah mereka dapat membantu atau tidak.
Setelah semua padi tertanam kita tinggal menunggu padi sampai benar-benar tumbuh dengan sering melihat apakah ada hama atau perairan sawah yang kurang, biasanya di sela-sela padi terdapat tumbuhan liar yaitu rumput yang mengganggu pertumbuhan tanaman padi, dengan adanya rumput dapat mengganggu tanaman padi menjadi tidak sehat atau tidak subur. Nah, pekerjaan mengambil rumput yang tumbuh di antara padi disebut Ngarambet, biasanya dilakukan oleh perempuan. Atau mengambil menggunakan alat yang disebut Gugurul. Baca di Ngarambet Di Sawah Mang Yono.

Ketika padi mulai mengeluarkan isinya dan belum merata disebut beukah cul - cel, biasanya para petani menunggu atau menjaga padinya agar tidak dimakan burung dengan cara memasang kaleng bekas, orang-orangan sawah atau plastik untuk pengusir. Silahkan baca di postingan saya.

FOTO: Padi beuneur hejo.
 FOTO: Padi beuneur hejo.

Ketika padi mulai menguning berumur sekitar 100 hari padi siap untuk dipanen, biasanya para petani mencari orang yang bekerja untuk memanen, orang yang bekerja mengambil padi disebut ngarit, karena memotong padi menggunakan alat yang disebut arit, kalau zaman dahulu menggunakan alat disebut “Etem” atau dalam bahasa Indonesia disebut ani-ani yang berbentuk seperti arit namun kecil dan proses pemotongan padi agak lama. Kemudian padi yang telah dipotong dikumpulkan di satu tempat dan ada orang yang bekerja merontokkan padi dari batangnya disebut ngagebot, setelah padi rontok dimasukkan dalam karung dan dibawa pulang ke rumah pemilik sawah untuk ditimbang atau ditakar, setelah itu orang yang bekerja diberi upahan dalam bentuk padi, namun sekarang ada sebagian upah dapat diberikan dalam bentuk uang.

FOTO : Bulir padi mulai menguning
FOTO : Bulir padi mulai menguning

Adapun orang yang bekerja mengangkat padi dalam karung disebut ngunjal dan biasanya ada orang yang mencari padi sisa-sisa di sawah dengan cara mengambil batang padi yang telah berserakan dibuang dalam tumpukan atau mencari padi yang tercecer disebut ngagebrigan atau ngeprikan.

Untuk membersihkan padi atau gabah biasanya menggunakan “Nyiru” untuk napian padi yang gabug, , ada pula yang menyilir padi dengan cara bersiul memanggil angin dan menumpahkan padi di tempat yang telah disediakan, jadi padi yang gabug atau kosong tak berisi beserta sampah-sampah terbang terbawa angin. 

FOTO : Padi sudah dirontokan dengan cara digebotkan ke Gebotan kayu, seperti terlihat di Foto.
FOTO : Padi sudah dirontokan dengan cara digebotkan ke Gebotan kayu, seperti terlihat di Foto.

Setelah padi bersih dari kotoran, padi dijemur hingga kering agar jika ditumpuk sampai bulanan tidak busuk dan berakar. Saya biasanya menumpuk hasil panen hingga panen lagi, jadi tidak pernah beli beras karena sudah memiliki simpanan padi sendiri, jika ingin menjadi beras padi harus ditumbuk terlebih dahulu di atas lumpang, atau jubleg atau lesung, Namun sekarang sudah zaman serba moderen menumbuk padi pun menggunakan mesin, kini masyarakat tinggal membawanya ke “heleran” pabrik gilingan padi.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
Comments
0 Comments