--> Skip to main content

Di saat sumur kami kering

Sampurasun ... Rampes.

MANGYONO.com - Di saat sumur kami kering

Senang rasanya saat melihat titik-titik air hujan turun membasahi dedaunan tanaman di halaman rumah.... Tik .. tik... bunyi hujan diatas genting... Hehhehe. Dari tempat favorit saya di dekat jendela, mata saya leluasa melihat halaman depan yang basah terkena air hujan. Sungguh suatu kenikmatan yang tak terhingga mengingat berbulan-bulan lamanya di tempat saya ini sudah tidak turun hujan. 

Titik-titik air hujan turun membasahi dedaunan tanaman di halaman rumah....
Titik-titik air hujan turun membasahi dedaunan tanaman di halaman rumah....

Kemarau yang panjang tak pelak berimbas pada sumber air yang ada. Sejak beberapa bulan yang lalu, banyak tetangga saya yang sudah harus mengambil air dari kran sumur kami. Pasalnya, sumber air sumurnya, kering. Alhamdulillah, sumur saya pada saat itu masih cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri.


Namun, kemarau yang panjang luar biasa ini pada akhirnya berimbas juga pada debit air sumur di rumah kami. Kalau biasanya alirannya lancar dan melimpah, beberapa waktu terakhir debitnya terasa jauh berkurang. Gerakan hemat air mulai saya lakukan. Termasuk salah satunya dengan menyiram tanaman memakai air bekas cucian sayur atau cucian beras, ikan dan cucian piring yang sengaja istri saya tampung dalam tong tersendiri. Tentu saja saya pilih cairan pencuci piring yang ramah lingkungan agar air bekas bilasannya pun aman untuk tanaman.

Namun pada akhirnya, sumber air di rumah kami takluk pada iklim yang sedang tak bersahabat. Sekitar sebulan yang lalu, pompa air di rumah hanya mampu menyedot air sebanyak 300 liter. Padahal biasanya pompa mampu mengisi toren air berkapasitas 450 liter dalam waktu 30 menit. Untuk mendapatkan 300 liter air berikutnya, saya harus menunggu selama 6 jam agar sumur terisi air kembali dan pompa mampu menyedot airnya. Benar-benar penuh perjuangan menunggu air sumur terisi agar pompa mampu menyedotnya. Seisi rumah pun melakukan gerakan hemat air besar-besaran.

Semula saya dan istri mengira, pompa air yang rusak mengingat selama ini air di sumur tidak pernah kering, dan tetap melimpah walau musim kemarau sekalipun. Jadinya, saya mencoba memperbaiki sendiri pompa air.

Bahkan saya memutuskan untuk meliburkan diri dari kantor untuk alasan ini. Satu-satunya pemecahan yang bisa dicoba lakukan adalah menambah kedalaman pipa pada sumur agar memperbesar mata air yang ada.Namun usaha itu gagal karena memang jarak pipa ke dasar sumur cuma berjarak 20 cm, jadi percuma ditambah pun.. Malah nantinya air yang disedot menggunakan pompa akan keruh....



Sumur kering...
Sumur kering... Saya menggunakan sumur timba yang dipasang pompa, 2 pompa air, satu pompa air untuk mengalirkan air ke mertua, yang satu lagi untuk mengalirkan air ke rumah saya. Letak sumur milik keluarga saya berada di halaman samping rumah, di bawah naungan pohon mangga.

Cara lain yaitu mencari penggali sumur.... Eh, mencari tukang gali sumur di musim kemarau ternyata tidak gampang. Profesi penggali sumur laris manis di musim ini. Panggilan datang dari berbagai tempat..... Ya sudah nunggu turun hujan saja lah... Hehehe
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
Comments
0 Comments