--> Skip to main content

Krisis Petani di Negeri Agraris

Sampurasun ... Rampes.

MANGYONO.com - Krisis Petani di Negeri Agraris.

Di tengah sawah yang sudah disulap menjadi ladang kacang ijo, mereka sibuk bekerja. Pakaiannya pun ala kadarnya. Caping dan topi di kepala, cukup untuk melindungi cuaca panas siang itu.

Sesekali, terdengar gelak tawa dari arah mereka. Ada keriangan. Mang Yono salah satunya. Warga Desa Bendungan, Kecamatan Pagaden Barat, Kabupaten Subang, Jawa Barat ini ikut bermandi keringat demi anak istri.Mang Yono sebenarnya memiliki sawah seluas 2.000 meter persegi. Namun, lahan itu tak cukup untuk menghidupi anak istrinya sehari-hari.

Krisis Petani di Negeri Agraris
Krisis Petani di Negeri Agraris. Pria berkulit sawo matang ini sedikit menguasai seluk beluk pertanian. Sejak duduk di bangku SD, ia sering membantu orang tuanya bertani. 

Menurut dia, kuli di Jakarta, upah yang diterima lumayan besar. Upah diberikan per bulan plus libur sehari dalam sepekan.

“Kalau tani dapatnya tiga bulan sekali. Tapi, tidak ada libur. Pupuknya mahal dan selalu naik. Belum lagi biaya obat kalau ada hama. Beli bibit juga mahal. Biaya buruh tani untuk panen juga tak murah. Belum kalau salah tanam dan cuacanya tak sesuai, bisa rugi karena rusak dan hama. Sedangkan harga gabah seperti itu itu saja,”.
Kalau tidak adanya perhatian dari pemerintah yang serius mengenai janji revitalisasi pertanian maupun reformasi agraria, menjadikan profesi petani tidak menarik. Rendahnya keuntungan usaha di sektor pertanian...  Akibatnya, anak muda termasuk sarjana pertanian tak tertarik menjadi petani atau bergelut dibiudang pertanian.... Buat apa bertani kalau gak asyik ... Hehehe.
 
 “Karena itulah saudara-saudara kita yang alumni IPB lebih tertarik bekerja di bank daripada mengurus pertanian... Iya khan betul?... Hehhee"

Nah, untuk menyemangati para petani atau anak muda terjun ke pertanian...

"Jadi menurut saya, beli saja beras dari petani kita dengan harga mahal, lalu dijual murah kepada masyarakat agar petani kita ada semangat menanam. Sebab krisis petani pasti berdampak pada kecukupan pangan,.

“Menurut saya... Petani kita sebenarnya tidak butuh peningkatan kualitas dan kemampuan. Mereka banyak yang lebih pintar dari sarjana pertanian. Tapi masalah mereka adalah pupuk dan benih serta lemah di pemasaran... Itu saja,”


Baca yang lain lagi :
Dollar naik... Petani senang.. Cleguk. 
Petani di Pagaden Barat Adu Sedot Air  
Padi sudah menguning, petani siap memanen padi
Harga pupuk di Pagaden Barat, Subang melangit, petani mogok menanam padi. 
Potret pertanian yang sedang dialami Indonesia, mau dibawa kemana petani ini? 
Harga Padi di Subang Turun.. Panen untuk di konsumsi sendiri saja
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
Comments
0 Comments