--> Skip to main content

Ruwatan Bumi di Dusun Gardu, Pagaden Barat, Subang

Sampurasun... Rampes...

MANGYONO.com - Ruwatan Bumi di Dusun Gardu, Pagaden Barat.

Tradisi Ruwatan Bumi di Dusun Gardu, Desa Bendungan, Kecamatan Pagaden Barat, Kabupaten Subang, Jawa Barat yang di laksanakan pada hari Sabtu tanggal 7 Nopember 2015. Tradisi Ruwatan Bumi di dusun Gardu ini dilakukan tiap tahunnya . Ruwatan Bumi ini dengan tujuan memohon kepada sang pencipta, untuk di selamatkan dalam diri, usaha, pertanian dan lain sebagainya dari serangan orang yang jahat, dari berbagai penyakit dan hama untuk segala usaha pertaniannya.

Ruwatan Bumi di Dusun Gardu, Pagaden Barat.
 Ruwatan Bumi di Dusun Gardu, Pagaden Barat.

Ruwatan adalah budaya masyarakat Jawa pada umumnya, Ruwatan menurut bahasa setempat mengandung arti “ruwat” yang berarti “luwar” atau “leupas” sedangkan “bumi" mengandung arti tanah yaitu tempat dimana kita berpijak.

Tradisi ritual ini dilakukan untuk melepaskan segala bala dan belenggu dari kutukan bawaan dari tanah (lahan pertanian) sebelum mereka olah. Petani menurut adat setempat melarang dengan tegas jika ada seorang petani yang menggarap lahan sawahnya sebelum diadakannya tradisi ngaruwat bumi dilakukan. 

Ruwatan bumi di Dusun Gardu ini terlaksana berkat mengadakan penggalangan dana untuk biaya ruwatan. ( Gotong royong ) besarnya Rp 40.000 atau tergantung kemampuannya, dan untuk yang kurang mampu tidak dipungut biaya.

Hiburan yang disewa berupa wayang golek dari Gentra Bale Bandung, Ki Dalang H. Ita Sumitra, dari Sukasari, Binong, Subang dan untuk ruwatannya wayang kulit dari Grup yang sama Cuma berbeda dalang.

Sedangkan acara arak – arakan atau berkeliling kampung dusun Gardu yaitu menyewa Sisingaan Alan Group dari Ciwera, Pagaden, Subang. Acara Arak – arakan tersebut biasaya ditujukan untuk menghibur masyarakat agar datang dan senantiasa berkumpul bersama dalam satu acara dan berkeliling bersama, dengan berpakaian petani, atau yang lainnya.

Setiap kepala keluarga membuat nasi tumpeng atau masyarakat petani setempat menyebutnya dengan “congcot” atau “nyongcot” berupa nasi berbentuk kerucut yang pada atasnya di beri telur bulat utuh kemudian nasi congcot tersebut dikumpulkan di atas meja berukuran panjang pada saat acara dimulai.

Nasi congcot berbentuk kerucut tersebut kemudian diambil masing-masing satu sendok nasi dan dicampur dalam sebuah wajan besar yang pada akhirnya nasi tersebut dimakan secara bersama-sama.

Menggantungkan jenis-jenis hasil bumi di depan pekarangan Rumah atau di gang. Jenis-jenis hasil pertanian yang digantungkan di depan gang atau depan pagar rumah biasanya umbi-umbian, buah-buahan, sayur-sayuran bahkan adapula yang menggantungkan beberapa jenis barang seperti rokok dan makan ringan. Berbagai macam jenis hasil pertanian tersebut kemudian digantung dengan seutas tali ke atas ruas bambu dan dihias masing-masing buah berjumlah satu dan berbeda-beda atau bermacam-macam jenis hasil pertanian dan diambilnya secara rebutan pada waktu arak arakan ( Rombongan mengelilingi kampung)

Baca juga :  
Upacara Ruwatan Bumi di Kampung Gardu 2, Pagaden Barat, Subang 
Tradisi Ruwatan Bumi di Kabupaten Subang Jawa Barat 
Arak - arakan / karnaval hasil bumi Ruwatan Bumi di Dusun Gardu, Subang
Ruwatan Bumi di Dusun Gardu, Pagaden Barat, Subang 
Makna dan tujuan Ruwatan Bumi
 
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
Comments
0 Comments